SELAMAT DATANG DI BLOG DEYA BASTRA


JURNALISTIK UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2008







Tanah kelahiranku

darah merah mengalir dalam jiwa

semangat tumbuh bagai radiasi yang tak pernah hilang

mentari terus menyinarinya setiap saat

itu lah tanah kelahiranku.......................



Rabu, 30 November 2011

Tradisi posuo di Buton

Yusri Prayuningsih
A1D108024


TRADISI POSUO DI BUTON

“Man arafa nafsahu fakad arafa rabbahu”artinya “barang siapa yang mengenal keadaan dirinya yang sejati, tentunya ia mengenal pula keadaan Tuhannya yang kekal”.
Sebagai sebuah negeri, keberadaan Buton tercatat dalam Negara Kertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 M. Dalam naskah kuno itu, negeri Buton disebut dengan nama Butuni. Digambarkan, Butuni merupakan sebuah desa tempat tinggal para resi yag dilengkapi taman, lingga dan saluran air. Rajanya bergelar Yang Mulia Mahaguru.
Dalam sejarahnya, cikal bakal Buton sebagai negeri telah dirintis oleh empat orang yang disebut dengan Mia Patamiana. Mereka adalah: Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo, Sijawangkati. Menurut sumber sejarah lisan Buton, empat orang pendiri negeri ini berasal dari Semenanjung Melayu yang datang ke Buton pada akhir abad ke-13 M.
Empat orang (Mia Patamiana) tersebut terbagi dalam dua kelompok: Sipanjongan dan Sijawangkati; Simalui dan Sitamanajo. Kelompok pertama beserta para pengikutnya menguasai daerah Gundu-Gundu; sementara kelompok kedua dengan para pengikutnya menguasai daerah Barangkatopa.Sipanjongan dan para pengikutnya meninggalkan tanah asal di Semenanjung Melayu menuju kawasan timur dengan menggunakan sebuah perahu palolang pada bulan Syaban 634 Hijriyah (1236 M). Dalam perjalanan itu, mereka singgah pertama kalinya di pulau Malalang, terus ke Kalaotoa dan akhirnya sampai di Buton, mendarat di daerah Kalampa. Kemudian mereka mengibarkan bendera Kerajaan Melayu yang disebut bendera Longa-Longa. Ketika Buton berdiri, bendera Longa-Longa ini dipakai sebagai bendera resmi di kerajaa Buton.

Buton adalah nama pulau yang di sebelah tenggara jazirah Pulau Sulawesi. Pulau ini diapit oleh lautan yaitu Laut Bandadan kabupaten Muna di sebelah utara, Laut Flores di sebelah selatan, sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Wakatobi sedangkan di sebelah barat terdapat Selat Buton,kabupaten bombana dan Teluk Bone.Kabupaten Buton yang terletak pada posisi geografis 4.96 o - 6.25o LS membentang dari barat ketimur diantara 120,00o – 123,34o BT memiliki luas wilayah daratan sekitar 2.488,71 km² atau 248.871 ha dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas ± 21.054 km². Di pulau ini, dulunya pernah berdiri sebuah kerajaan atau kesultanan yang bernama Buton atau Wolio. Daerah kekuasaan Kesultanan Buton pernah meliputi, selain Pulau Buton, juga beberapa pulau di kawasan antara Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku. Pusat pemerintahannya terletak di pesisir barat bagian selatan Pulau Buton, sekitar Kota Bau Bau, yang dikenal dengan nama Wolio atau Keraton Buton.
Benteng keraton Malige keraton

Binci-binciki kuli adalah bahasa Adat, artinya “cubit mencubit kulit”. Maksudnya “cubitlah kulitmu sendiri dan kalau rasa sakit, maka tentunya sakit pula bagi orang lain”.
Untuk mewujudkannya serta terpelihara dan terjaganya apa yang dimaksudkan dengan binci-binciki kuli, pengsyaratannya perlu ada sifat-sifat pada diri sendiri dengan
sara patanguna (empat prinsip hidup)
o Pomae maeka : Saling takut sesama manusia;
o Popia piara : Saling memelihara sesama manusia;
o Pomaa maasiaka : Saling menyayangi sesama manusia;
o Poangka angkataka : Saling menghargai sesama manusia
Secara umum, ada empat prinsip yang dipegang teguh oleh masyarakat Buton dalam kehidupan sehari-hari saat itu yakni:
1.Yinda Yindamo Arata somanamo Karo (Harta rela dikorbankan demi keselamatan diri)
2. Yinda Yindamo Karo somanamo Lipu (Diri rela dikorbankan demi keselamatan negeri)
3. Yinda Yindamo Lipu somanamo Sara (Negeri rela dikorbankan demi keselamatan pemerintah)
4. Yinda Yindamo Sara somanamo Agama (Pemerintah rela dikorbankan demi keselamatan agama).
Tradisi posuo
Upacara Adat Posuo merupakan salah satu upacara adat Provinsi Sulawesi Tenggara tepatnya di daerah Buton. Yang dimaksud Buton secara umum adalah wilayah Sulawesi tenggara meliputi Kota Baubau, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Buton Utara. Dalam perkembangan masyarakat Buton, ada 3 jenis Posuo yang kenal dan sampai saat ini upacara tersebut masih berkembang. Pertama, Posuo Wolio, merupakan tradisi Posuo awal yang berkembang dalam masyarakat Buton. Kedua, Posuo Johoro yang berasal dari Johor-Melayu (Malaysia) dan ketiga, Posuo Arabu yang berkembang setelah Islam masuk ke Buton. Posuo Arabu merupakan hasil modifikasi nilai-nilai Posuo Wolio dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.

Masyarakat buton mengenal adanya tradisi upacara posuo. Posuo yang berarti pingitan yang dikenal sebagai ritual adat yang telah ada sejak zaman kesultanan buton. pelaksanaan Tradisi Upacara Posuo bertujuan sebagai simbol masa transisi atau peralihan status seorang gadis dari remaja (kabuabua) menjadi dewasa (kalambe), serta untuk mempersiapkan mentalnya dalam membina rumah tangga.

Peserta posuo
Upacara tersebut dilaksanakan selama delapan hari delapan malam dalam ruangan khusus yang oleh mayarakat buton menyebutnya dengan suo. Selama dikurung di suo anak-anak perempuan dijarkan mendalami agama, adat istiadat, menjaga kebersiahan dan kecantikan diri seperti cara melulur tubuh dengan kunyit yang di campuri tepung beras. para peserta dijauhkan dari pengaruh dunia luar, baik dari keluarga,kerabat maupun lingkungan sekitarnya. Para peserta hanya boleh berhubungan dengan bhisa (pemimpin Upacara Posuo) yang telah ditunjuk oleh pemangku adat setempat. Para bhisa akan membimbing dan memberi petuah berupa pesan moral, spiritual, dan pengetahun membina keluarga yang baik kepada para peserta dalam posuo.dalam upacara posuo.
Ada tiga tahap yang mesti dilalui oleh para peserta agar mendapat status sebagai gadis dewasa.
Pertama, sesi pauncura atau pengukuhan peserta sebagai calon peserta Posuo. Pada tahap ini prosesi dilakukan oleh bhisa senior (parika). Acara tersebut dimulai dengan tunuana dupa (membakar kemenyan) kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa. Setelah pembacaan doa selesai, parika melakukan panimpa (pemberkatan) kepada para peserta dengan memberikan sapuan asap kemenyan ke tubuh calon peserta posuo.

Setelah itu, parika menyampaikan dua pesan, yaitu menjelaskan tujuan dari diadakannya upacara Posuo diiringi dengan pembacaan nama-nama para peserta upacara dan memberitahu kepada seluruh peserta dan juga keluarga bahwa selama upacara dilangsungkan, para peserta diisolasi dari dunia luar dan hanya boleh berhubungan dengan bhisa yang bertugas menemani para peserta yang sudah ditunjuk oleh pemangku adat. sebelum peserta posuo di masukan di dalam suo terlebih dahulu peserta di mandikan oleh bhisa dan tujuan agar membersikan anggota tubuh. para peserta mandi dengan menggunakan sarung tenunan buton dan sarung tersebut tidak dapat di pakai lagi sampai kapan pun, karena menurut kepercayaan masyarakat buton jika sarung tersebut di pakai ulang maka dia akan mengalami hal-hal yang buruk dikehidupannya nanti.

Selama delapan hari delapan malam dalam upacara posuo tersebut diiringi dengan gendang dan lagu-lagu(nyanyian) dalam bahasa wolio. Pemukulan gendang (paganda) ini juga merupakan ujian bagi kesucian (keperawanaa ) peserta posuo. Jika dalam pemukulan gendang tersebut ada gendang yang pecah maka hal tersebut menjadi tanda bahwa di antara peserta posuo ada yang sudah tidak perawan.

Pemukul Gendang (Paganda)

Kedua, sesi bhaliana yimpo merubah penampilan, Kegiatan ini dilaksanakan setelah upacara berjalan selama lima hari. Pada tahap ini para peserta diubah posisinya. Jika sebelummnya arah kepala menghadap ke selatan dan kaki ke arah utara, pada tahap ini kepala peserta dihadapkan ke arah barat dan kaki ke arah timur. Sesi ini berlangsung sampai hari ke tujuh.

Ketiga, sesi mata kariya atau upacara selamat dengan mengundang sanak keluarga, saudara dan sahabat. Kegiatan ini biasanya dilakukan tepat pada malam ke delapan dengan memandikan seluruh peserta posua yang ikut dalam Upacara Posuo menggunakan wadah bhosu (berupa buyung yang terbuat dari tanah liat). Khusus para peserta yang siap menikah, airnya dicampur dengan bunga cempaka dan bunga kamboja. Setelah selesai mandi, seluruh peserta didandani dengan busana ajo kalembe (khusus pakaian gadis dewasa). Biasanya peresmian tersebut dipimpin oleh istri moji (pejabat Masjid Keraton Buton atau petua adat)dan kemudian peserta posuo duduk berbaris dan diadakan semacam acara tari-menari.
Taraian yang dipakai dalam acara posua adalah tari Kalegoa dan Mangaru( Manca).

Tari Kalegoa
Peserta posuo yang di beri selendang dan harus menari di hadapan para peserta posuo lainnya dan para pemuka adat. Tarian Kalegoa ini adalah suatu tari tradisional yang menggambarkan suka duka gadis-gadis Buton sewaktu dalam posuo dengan bercirikan berupa gerakan memakai sapu tangan.

Tari Mangaru
Mangaru adalah tari klasik rakyat Buton yang melukiskan kobar semangat kesatria para leluhur dahulu kala. Ketajaman mata hati dan konsentrasi yang terpusat dan terkendali akan dapat mematahkan keampuhan senjata tajam.
setelah acara selamatan pada malam hari selesai, dilanjutkan lagi pada siang hari yang mana peserta posuo didandani dengan menggunkan pakaian adat wolio (aja kalambe). Setelah semua peserta posuo sudah didandani mereka duduk berbaris dan para bhisa (parika) membacakan doa kepada semua peserta posuo kemudian para peserta posuo sudah bisa menginjakan kaki ditanah,setelah itu peserta posuo menuju sebuah tempat ( sungai atau laut ) untuk mengadakan ritual terakhir yaitu semua peserta diberikan sebuah benda oleh bhisa (parika) untuk kemudian di hanyutkan di sungai atau laut. Masyarakat buton mempercayai bahawa Proses itu bertujuan untuk melepaskan semua masalah-masalah yang dihadapi sebelumnya oleh peserta posuo selama berada di dalam suo.
Pada proses ini para peserta di damping oleh keluarganya. Dalam proses pelepasan atau melepaskan suatu benda di air, jika benda tersebut berhenti atau terhalang oleh sesuatu maka peserta tersebut tidak akan berumur panjang, jika benda yang dilepaskan di air berjalan mengikuti aliran air sampai tidak kelihatan maka jodohnya akan jauh sebaliknya jika benda tersebut tidak terlalu jauh maka jodohnya juga tidak akan jauh.
Setelah psoses terakhir selesai maka peserta posuo dapat kembali kerumahnya masing-masing dengan harapan mereka adalah seorang gadis yang telah baliq ( kalambe ).
*****
tulisan ini dikutip pada hari kamis,1 desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar